Kampung Seniman Potong Rambut Garut
Kali
ini saya berkesempatan mengunjungi salah satu kota di Jawa Barat, tepatnya di
kota Garut. Kota yang tenar akan kemanisan dodolnya ini, tenyata menyimpan
beragam tempat yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Kampung
Cukur Pendeuy.
Terletak
di kampung Pendeuy, kecamatan Banyuresmi, kabupaten Garut, Jawa Barat. Kampung ini
memang terkenal sebagai kampungnya tukang cukur, sebanyak 92% warga disini
berprofesi sebagai seniman potong rambut. Dari remaja hingga orang tua dikenal
pandai untuk urusan memangkas rambut.
Untuk
menuju kampung Pendeuy saya menuju ke ujung utara kota Garut, setelah 30 menit dengan
mengendarai motor saya tiba di Kampung Cukur Pendeuy. Sekilas terlihat seperti
kampung biasa, namun semakin ke dalam beberapa tempat pangkas rambut mulai
mengisi sisi jalan. Di salah satu sudut kampung ini berdiri sekolah cukur yang
bernama Barber School Abah Atrox, sebuah tempat untuk belajar seni memotong
rambut. Memasuki sebuah gang, saya tiba di sekolah cukur milik Rijal Fadhilah
atau yang akrab disapa abah Atrox dan disambut oleh salah satu siswa yang
bernama Eky, sepintas nampaknya dia seumuran dengan saya.
Sembari berbincang dengan Eky saya berkeliling untuk melihat siswa lainnya yang sedang belajar mencukur. Barber School Abah Atrox berdiri sejak 2015, dan hingga kini telah menghasilkan ratusan tukang cukur profesional yang tersebar di berbagai barbershop di Indonesia. Saya pun juga sempat berbincang dengan Ade, salah satu siswa baru di sekolah cukur ini. Jauh-jauh dari Lampung ia datang ke Garut untuk belajar seni memotong rambut.
Tak terasa 30 menit kami berbincang, abah pun datang menghampiri saya. Sembari menyeruput segelas kopi kami berbincang di teras rumah Abah Atrox. Diawali dengan sejarah berdirinya Barber School Abah Atrox pada tahun 2015, dan kini telah menghasilkan ratusan tukang cukur profesional yang tersebar di berbagai barbershop di Indonesia. Barber School Abah Atrox juga tak hanya memberikan ilmu mencukur, di sekolah ini siswa yang telah lulus nantinya akan disalurkan untuk mendapatkan pekerjaan. Sesuai dengan salah satu tujuan abah Atrox dalam mendirikan sekolah cukur yaitu membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.
Dengan perkembangan barbershop yang semakin pesat di Indonesia, hal itu membuat abah Atrox turut senang. Menurutnya memotong rambut saat ini telah menjadi gaya hidup sehingga permintaan tukang cukur juga turut meningkat. Lapangan kerja pun semakin terbuka.
Obrolan sore itu, ditutup dengan sebuah kalimat,
“Selama rambut masih tumbuh, tukang
cukur tidak akan pernah mati.”
Komentar
Posting Komentar